Kematian manusia terjadi dengan
proses keluarnya roh dari raga, diikuti dengan hilangnya kesadaran,
kemudian denyut jantung berhenti, dan paru-paru bekerja dengan berat dan
sulit, sebagaimana hal itu terjadi ketika tidur. Tidur adalah kematian
kecil, sebagaimana terjadi beberapa saat sebelum mati, juga sebagaimana
terjadi pada diri seseorang yang memerlukan bantuan medis di rumah
sakit: dia bernapas dengan menggunakan alat pernapasan buatan.
Kematian memerlukan waktu
(kecuali apabila seseorang mati secara tiba-tiba), sedikit demi sedikit
kesadarannya akan hilang, kemudian dia akan merasa bahwa dia sudah mati.
Sebelum datang kematian, terkadang manusia menyempatkan diri untuk
berwasiat kepada anak-anaknya, sebagaimana dalam sebuah hadits yang
menceritakan Nabi Nuh a.s., Nabi saw. bersabda tentangnya sebagai
berikut.
إِنَّ نُوْحًا عَلَيْهِ السَّلاَمُ لَمَّا
حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ دَعَا بَنِيْهِ فَقَالَ إِنِّّيْ قَاصٌ عَلَيْكُمُ
الْوَصِيَّةَ
“Sesungguhnya, ketika
kematian mendatangi Nuh, dia memanggil anak-anaknya kemudian berkata, ‘Saya
akan berwasiat kepada kalian.’”
Kematian belum sempurna kecuali
dengan keluarnya roh dan berakhirnya kehidupan secara bersamaan. Di
sinilah terputusnya kehidupan seseorang di dunia, dia kembali kepada
Tuhannya dan raganya kembali ke tanah sebagaimana dia diciptakan.
Nabi saw. bersabda sebagai
berikut.
إِنَّ الْمَيِّتَ يَعْرِفُ مَنْ
يَحْمِلُهُ
“Sesungguhnya, orang
yang mati mengetahui siapa yang menandunya.”
Beliau juga bersabda
sebagai berikut.
إِنَّ الْمَيِّتَ يَسْمَعُ
أَقْدَامَ مُشِيْعِهِ
“Sesungguhnya, orang yang
mati mendengar suara kaki-kaki yang berjalan.”
Akan tetapi, bagaimana hal itu
terjadi, sedangkan raga orang yang mati itu telah dibungkus, telah
hilang segala gambaran kehidupan dalam kehidupannya, dan indranya sudah
tidak bisa merasakan lagi?! Hanya ada satu kemungkinan, yaitu bahwa pada
saat itu, jiwa manusia menemaninya sampai raganya dikubur.
Dalam sebuah hadits Nabi saw.,
dijelaskan kepada kita bahwasanya roh seseorang yang mati, melayang di
sekitar jiwanya. Hadits tersebut memberi keyakinan kepada kita bahwa
ketika seseorang meninggal lalu raganya mulai dibungkus sebagai
persiapan untuk dikembalikan ke tanah, roh manusia itu keluar dari
raganya dan dia dapat melihat raganya sedang ditandu di atas pundak
orang-orang dalam perjalanan menuju pemakaman.
Hadits di atas memberi
penjelasan kepada kita tentang hadits Nabi saw. yang artinya, “Apabila
kalian melihat jenazah, berdirilah sehingga jenazah itu meninggalkan
kalian atau diletakkan.”
Hadits tersebut memberi
penjelasan kepada kita mengapa Nabi saw. berdiri ketika di hadapannya
melintas rombongan yang membawa jenazah walaupun jenazah itu adalah
jenazah orangYahudi. Nabi saw. pun bersabda, “Bukankah jenazah itu
juga manusia?”
Nabi saw. juga memerintahkan
kita untuk berdiam diri apabila melintas di hadapan kita rombongan yang
membawa jenazah, bukan karena raganya, sebab raganya sudah tidak ada
apa-apa lagi, tetapi berdiam diri tersebut karena jiwa manusia yang
mendampinginya.
Beberapa saat sebelum
dikuburkannya jasad-jasad (raga) kaum musyrikin yang terbunuh pada
Perang Badar, Nabi saw. memanggil nama mereka semuanya.
ياَ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ وَ
ياَ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا
فَإِنِّيْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِيْ رَبِّيْ حَقًّا، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ:
ياَ رَسُوْلَ اللهِ مَا تُخَاطِبُ مِنْ أََجْسَادٍ قَدْ جِيْفَتْ؟ فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ r: وَ الَّذِيْ بَعَثَنِيْ باِلْحَقِّ إِنَّهُمْ
لَأََسْمَعُ لَمَّا أَقُوْلُ مِنْكُمْ وَلِّكِنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ
أَنْ يَنْطِقُوْا
“Wahai fulan bin fulan,
wahai fulan bin fulan, apakah kalian telah mendapatkan bahwa apa yang
Allah dan Rasul-Nya janjikan kepada kalian itu adalah benar?Sungguh,
kami telah mendapatkan apa yang Allah janjikan kepada kami adalah
benar.”
Umar r.a. pun berkata, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya engkau berkata pada jasad (raga) yang sudah
mati.”
Nabisaw.bersabda, “Demi Zat
yang jiwaku berada dalam genggamannya, sesungguhnya mereka mendengar
ketika aku berkata, tetapi mereka tidak mampu berkata-kata.”
Sesungguhnya, yang mendengar
adalah jiwa manusia yang mendampingi mereka pada saat itu. Tatkala raga
dimasukkan ke dalam liang lahat, jiwa manusia juga ikut masuk secara
bersamaan, kemudian jiwa tersebut meninggalkannya untuk kembali kepada
Tuhannya dan akan dipersatukan kembali pada hari kebangkitan dan
perhitungan, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat At Takâtsur ayat 1
– 2 berikut ini.
“Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.”
Kata “ziarah”,
artinya mengunjungi dan orang yang berkunjung tentu saja tidak akan
menetap di tempat yang dikunjunginya. Oleh karena itu, yang menetap
dalam kubur adalah raga manusia, adapun jiwa manusia hanya mengunjungi
raganya di dalam kuburan dalam waktu yang singkat. Pada waktu kunjungan
yang singkat itulah adanya pertanyaan dan siksa kubur. Dia akan ditanya
tentang jiwanya atau diazab (apabila berdosa), sedangkan raganya tidak
ada hubungan dengan pertanyaan-kubur itu.
Sumber : http://syaamilquran.com/apa-yang-terjadi-dengan-manusia-setelah-dia-mati.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar