Minggu, 07 Juli 2013

Dalam Kesulitan Ada Kemudahan (Al Insyiraah 5 – 8)

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (ayat 5). Ini adalah Sunnatullah! Nabi Muhammad merasa berat beban itu sampai seakan-akan hendak patah tulang punggung memikulnya. Namun di samping beratnya beban, atau beserta dengan beratnya beban, namanya diangkat Tuhan ke atas, sebutannya dimuliakan! Karena demikianlah rupanya Sunnatullah itu; kesulitan selalu beserta kemudahan. Yang sulit saja tidak ada! Yang mudah saja pun tidak ada! Dalam susah berisi senang, dalam senang berisi susah; itulah perjuangan hidup. Dan ini dapat diyakinkan oleh orang-orang yang telah mengalami.
Penulis tafsir ini sendiri mendapat pengalaman besar sekali untuk meresapkan intisari ayat ini seketika ditahan dua tahun empat bulan dengan secara kezaliman dan sewenang-wenang. Itu adalah kesulitan!

Kalau saya bawa bermenung saja kesulitan dan perampasan kemerdekaanku itu, maulah rasanya diri ini gila. Tetapi akal terus berjalan; maka ilham Allah pun datang. Cepat-cepat saya baca Al-Qur’an, sehingga pada 5 hari penahanan yang pertama saja, 3 kali Al-Qur’an khatam dibaca. Lalu saya atur jam-jam buat membaca dan jam-jam buat mengarang tafsir Al-Qur’an yang saya baca itu. Demikianlah hari berjalan terus dengan tidak mengetahui dan tidak banyak lagi memikirkan bilakah akan keluar. Akhirnya setelah terjadi kekacauan politik gara-gara Komunis pada 30 September 1965 itu di bulan Mei 1966 saya dibebaskan, saya telah selesai pula menulis Tafsir Al-Qur’an 28 Juzu’. Karena 2 Juzu’ 18 dan 19 telah saya tafsirkan sebelum ditangkap dalam masa dua tahun. Dan kemudian itu pada tahun kelima, Irfan. Lebih dari separuh belanja perjalanan kami bertiga beranak ialah dari hasil honorarium (royalty) Tafsir Al-Azhar Juzu’ 1.
Ada penafsiran bahwa “Sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Lihat Terjemahan Al-Qur’an Kementrian Agama hal. 1037). Dia mengartikan ma’a dengan ba’da; beserta dengan sesudah.
Memang ada juga dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Kelak Allah akan memberikan kemudahan sesudah kesulitan.”
(Ath-Thalaq: 7)
Ayat ini adalah lebih khusus sifatnya, yaitu memberi harapan kepada suami isteri yang dalam kesempitan tekanan-tekanan ekonomi dalam rumahtangga; sesudah sekarang susah, nanti akan mudah. Bahkan dalam kesulitan itu sendiri ada kemudahan. Pada mulanya kadang-kadang orang tidak menampakkannya. Namun setelah diperhatikan dengan Iman, jelaslah kelihatan.
Lalu diulang sekali lagi untuk lebih mantap dalam fikiran: “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (ayat 6). Dan itu memang akan terjadi terus, berulang-ulang, kesulitan itu senantiasa disertai kemudahan; dalam susah ada mudahnya, dalam sempit ada lapangnya. Bahaya yang mengancam adalah menjadi sebab akal berjalan, fikiran mencari jalan keluar. Oleh sebab itu dapatlah diyakinkan bahwa kesukaran, kesulitan, kesempitan, marabahaya yang mengancam dan berbagai ragam pengalaman hidup yang pahit, dapat menyebabkan manusia bertambah cerdas menghadapi semuanya itu, yang dengan sendirinya menjadikan manusia itu orang yang dinamis.
Tetapi ini pasti akan tercapai hanya jika Iman di dada dipupuk, jangan lemah iman. Karena lemah iman akan menyebabkan kita terjatuh di tengah jalan sebelum sampai kepada akhir yang dituju, yang akan ternyata kelak bahwa kesulitan adalah kejayaan dan keberuntungan yang tiada taranya. Kadang-kadang sesuatu pengalaman yang pahit menjadi kekayaan jiwa yang tinggi mutunya, jadi kenangan yang amat indah untuk membuat hidup lebih matang. Sehingga datang suatu waktu kita mengucapkan syukur yang setulus-tulusnya dan setinggi-tingginya karena Tuhan telah berkenan mendatangkan kesulitan itu kepada kita pada masa yang lampau.
Itulah suatu keajaiban hidup!
“Maka apabila engkau telah selesai, maka tegaklah.” (ayat 7). Artinya apabila telah selesai suatu pekerjaan atau suatu rencana telah menjadi kenyataan: Fan-shab! Artinya bersiaplah buat memulai pekerjaan yang baru. Dengan kesadaran bahwa segala pekerjaan yang telah selesai atau yang akan engkau mulai lagi tidaklah terlepas daripada kesulitan, tapi dalam kesulitan itu kemudahan pun akan turut serta. Ada-ada saja nanti ilham yang akan diberikan Allah kepadamu, asal engkau senantiasa menyandarkan segala pekerjaanmu itu kepada Iman.
Tetapi sekali-kali jangan lupa, yaitu: “Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaklah engkau berharap.” (ayat 8).
Inilah satu pedoman hidup yang diberikan Tuhan kepada Rasul-Nya dan akan dipusakakan oleh Rasul kepada ummatnya, yang tegak berjuang menyambung perjalanan memikul “beban berat” itu menjalankan perintah Tuhan; selesai satu usaha, mulai lagi usaha baru. Tapi Tuhan jangan ditinggalkan! Jangan gentar menghadapi kesukaran, karena dalam kesukaran itu pasti ada kemudahan, asal engkau pergunakan otakmu buat memecahkannya. Sebab Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Ada juga difahamkan orang dari hal pertalian ayat 5 dan ayat 6, beserta kesulitan ada kemudahan, bersama kesulitan ada kemudahan. Dan melihat bahwa ‘usri (kesulitan) yang tercantum di ayat 6 adalah terjepit di antara dua yusran, sebab itu maka ‘usri tidaklah akan menang. Akhirnya dia mesti kalah juga. Sebab ‘usrin yang dijepit oleh dua yusran. Ataupun adalah sikap jiwa dari Saiyidina Umar bin Khathab sendiri.
Maka tersebutlah di dalam kitab Al-Muwaththa’ Imam Malik, di dalam Kitab pada menyatakan Jihad, suatu riwayat demikian bunyinya:
“Dari Zaid bin Aslam, berkata dia: “Abu ‘Ubaidah bin Jarrah menulis surat kepada Umar bin Khathab yang isinya menerangkan bahwa suatu Tentara Rum yang sangat besar telah siap akan menyerang mereka, kekuatan tentara itu amat mencemaskan.”
Surat itu dibalas oleh Saiyidina Umar bin Khathab, di antara isinya: “Amma Ba’du. Bagaimana jua pun kesukaran yang dihadapi oleh orang yang beriman, namun Allah akan melepaskannya jua dari kesukaran itu, karena satu ‘usrin (kesulitan) tidaklah akan dapat mengalahkan dua Yusran.” Di waktu saya masih kanak-kanank, ipar dan guru saya Ahmad Rasyid Sutan Mansur senantiasa membaca sambil menyanyikan sebuah syi’ir, yang dari kerapnya saya mendengar, saya pun dapat menghapalnya dan menyanyikan pula:
“Apabila bala bencana telah bersangatan menimpamu: Fikirkan segera Surat Alam Nasyrah; ‘Usrun terjepit di antara dua Yusran, kalau itu telah engkau fikirkan, niscaya engkau akan gembira.”

Sumber : http://tafsir.cahcepu.com/alinsyiraah/al-insyiraah-5-8/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar